• Jl. Raya Pajajaran Kav. E-59, Bogor
  • (+62) 251 8322185
  • [email protected]
Logo Logo
  • Beranda
  • Profil
    • Overview
    • Visi & Misi
    • Struktur Organisasi
    • Tugas & Fungsi
    • Pimpinan
    • Satuan Kerja
    • Sumber Daya Manusia
    • Logo Agrostandar
  • Informasi Publik
    • Portal PPID
    • Standar Layanan
      • Maklumat Layanan
      • Waktu dan Biaya Layanan
    • Prosedur Pelayanan
      • Prosedur Permohonan
      • Prosedur Pengajuan Keberatan dan Penyelesaian Sengketa
    • Regulasi
    • Agenda Kegiatan
    • Informasi Berkala
      • LHKPN
      • LHKASN
      • Rencana Strategis
      • DIPA
      • RKAKL/ POK
      • Laporan Kinerja
      • Capaian Kinerja
      • Laporan Keuangan
      • Laporan Realisasi Anggaran
      • Laporan Tahunan
      • Daftar Aset/BMN
    • Informasi Serta Merta
    • Informasi Setiap Saat
      • Daftar Informasi Publik
      • Standar Operasional Prosedur
      • Daftar Informasi Dikecualikan
      • Kerjasama
  • Publikasi
    • Buku
    • Pedum/ Juknis
    • Infografis
  • Reformasi Birokrasi
    • Manajemen Perubahan
    • Deregulasi Kebijakan
    • Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
    • Penataan dan Penguatan Organisasi
    • Penataan Tata Laksana
    • Penataan Sistem Manajemen SDM
    • Penguatan Akuntabilitas
    • Penguatan Pengawasan
  • Kontak

Berita BRMP PKH

Pusat Perakitan dan Modernisasi Peternakan dan Kesehatan Hewan

Thumb
303 dilihat       24 Juni 2024

Tiga Senjata Utama Pemerintah Hadapi Ancaman Krisis Pangan

Jakarta, FMB9 - Di tengah ancaman serius ketahanan pangan yang diakibatkan oleh perubahan iklim, pemerintah Indonesia mengambil langkah cepat dengan menggencarkan tiga program utama, yakni optimalisasi lahan rawa, pompanisasi, dan penanaman padi gogo. Kepala Badan Standarisasi Instrumen Pertanian, Prof. Fadjry Djufry, optimis tiga program ini, dibantu dengan keterlibatan aktif petani milenial dan penggunaan teknologi modern, dapat menjadi solusi efektif dalam menghadapi ancaman pangan di masa depan. "Dengan sinergi semua pihak, kita bisa menghadapi tantangan ini dan mengubah keadaan dari ketergantungan impor menjadi negara pengekspor," ujarnya dalam Dialog Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) yang mengangkat tema 'Ketahanan Pangan Nasional di Tangan Petani Milenial', Senin (24/6).

Ia memaparkan, sesuai dengan arahan dari Presiden Joko Widodo, program pertama dari Kementerian Pertanian adalah optimalisasi lahan rawa. Pemerintah menargetkan sekitar 400.000 hektar lahan rawa untuk dioptimalkan melalui perbaikan irigasi dan saluran air. Langkah perbaikan irigasi juga mencakup wilayah-wilayah sentra utama seperti Lampung, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. "Dengan perbaikan infrastruktur irigasi, diharapkan produktivitas lahan rawa dapat meningkat secara signifikan, sehingga mampu menyokong kebutuhan pangan nasional di tengah tantangan perubahan iklim," tutur dia.

Fadjry melanjutkan, langkah kedua, yakni pompanisasi, yang berfokus pada optimalisasi lahan kering tapi masih memiliki sumber air bawah tanah. Target pemerintah pada program ini dengan memanfaatkan satu juta hektar lahan kering, dengan sasaran utama wilayah Jawa yang mencakup 500.000 hektar. Melalui program ini, diharapkan lahan kering dapat diubah menjadi lahan produktif dengan bantuan teknologi pompanisasi untuk irigasi. Hal ini akan meningkatkan luas tanam dan produksi pangan secara keseluruhan.

Sementara program ketiga, yaitu penanaman padi gogo di sela-sela tanaman perkebunan. Inisiatif ini bertujuan untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan dan meningkatkan produksi padi secara keseluruhan. Dengan menanam padi gogo di antara tanaman perkebunan, luas tanam padi diharapkan bertambah, sehingga dapat menutup kekurangan produksi akibat cuaca ekstrem dan perubahan iklim.
"Gerakan ini juga menjadi langkah antisipatif terhadap dampak negatif dari musim kemarau yang berkepanjangan," tegasnya.

Selain itu, Fadjry menggarisbawahi pentingnya peran petani milenial sebagai salah satu kunci sukses penerapan ketiga program utama ini. Wawasan dan keahlian mereka terkait teknologi modernisasi pertanian sangat berharga. Menurutnya, penggunaan teknologi dapat membantu petani mengoptimalkan hasil pertanian mereka. Ia pun memberikan beberapa contoh seperti teknologi irigasi cerdas, penggunaan drone untuk pemantauan lahan, serta aplikasi pertanian digital yang membantu dalam manajemen usaha tani.

Dirinya optimis dengan memanfaatkan teknologi ini, yang penerapannya akan lebih banyak dilakukan oleh petani milenial, dapat meningkatkan efisiensi dan hasil produksi.
"Petani milenial diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang mengedukasi petani lain tentang praktik pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan," ucap dia.
 
Kesenjangan Informasi dan Teknologi
Salah satu petani milenial, Jatu, memahami bahwa ketahanan pangan bukan hanya masalah nasional, tetapi juga global. Sebagai seorang duta petani milenial, ia telah melihat bagaimana teman-teman di negara lain berjuang melawan krisis pangan. "Kita harus bersyukur atas kemajuan regenerasi petani di Indonesia yang selangkah lebih maju dalam membantu pemerintah menjaga ketahanan pangan nasional dibandingkan dengan negara lain," katanya.

Setelah menekuni dunia ini, dia pun menyadari bahwa salah satu permasalahan utama dalam sektor pertanian adalah kesenjangan informasi antara petani dan pasar. Ia lalu tergerak untuk menyelesaikan masalah ini dengan memanfaatkan kekuatan milenial dan teknologi. Jatu percaya bahwa dengan membangun jaringan dengan dunia luar, petani Indonesia dapat meningkatkan akses mereka ke teknologi, pengetahuan, dan pasar global. Hal ini akan membuka peluang baru dan meningkatkan kenyamanan dalam menjalankan usaha pertanian mereka. 

"Memang pemerintah memiliki banyak program bantuan untuk para petani, tetapi jangan berpangku tangan pemerintah. Kita sebagai petani harus paham bahwa pemerintah memiliki fungsi sebagai regulator, sehingga bantuan yang diberikan itu harus menjadi stimulus untuk berkembang dan mandiri," papar dia.

Dengan dukungan teknologi, edukasi, dan kolaborasi, petani milenial bisa menjadi ujung tombak inovasi di sektor pertanian. Petani milenial diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan produksi pangan tetapi juga berkontribusi pada pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan berdaya saing.

 

 
----
ooOoo
----

 

Sumber: Rilis FMB9-Kominfo

Kegiatan Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) juga bisa diikuti  secara langsung di kanal youtube FMB9ID_IKP. Nantikan update fakta bicara dari lingkar pertama di FMB9ID_ (Twitter),  FMB9.ID  (Instagram),  FMB9.ID  (Facebook).

Kumpulan Release & Foto Acara Dialog FMB9 dapat di akses melalui link berikut: s.id/rilisfmb9

Prev Next

- nakeswan


Pencarian

Berita Terbaru

  • Thumb
    Pelantikan Pejabat Struktural Serta Pengukuhan Ketua Tim Kerja Lingkup PRMPKH
    16 Mei 2025 - By dindahusna
  • Thumb
    Dukung Program Swasembada Pangan, Kabupaten Bireuen Gelar Panen Raya
    28 Apr 2025 - By dindahusna
  • Thumb
    PJ Kabupaten Bireuen Gelar Koordinasi Percepatan Tanam
    25 Apr 2025 - By dindahusna
  • Thumb
    Akselerasi Pertanian Modern, Kementan Bentuk Lembaga Baru
    30 Mar 2025 - By nandi
  • Thumb
    PSIPKH Gelar Sosialisasi Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Kepada Seluruh Pegawai
    26 Mar 2025 - By dindahusna

tags

BSIP FMB9 Fadjry Djufry Jatu Joko Widodo Jokowi Pertanian Modern ketahanan pangan krisis pangan optimalisasi lahan rawa penanaman padi gogo perubahan iklim petani milenial pompanisasi tusip

Kontak

(+62) 251 8322185
(+62) 251 8328383
[email protected]

Jl. Raya Pajajaran Kav. E-59

Kel. Babakan, Kec. Bogor Tengah 

Kota Bogor - Jawa Barat 

Indonesia

16128

peternakankeswan.brmp.pertanian.go.id

© 2025 - 2025 Pusat Perakitan dan Modernisasi Peternakan dan Kesehatan Hewan. All Right Reserved